Minggu, 31 Desember 2017

Kutipan: Jejak Langkah (Tetralogi Buru)

Jejak Langkah
Pramoedya Ananta Toer
Lentera Dipantara
Cetakan 9, Februari 2012

Sampul Depan Novel Jejak Langkah
Buku ke-3 dari Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer
(sumber gambar: goodreads)



"Aku datang untuk jaya, besar, dan sukses."
-- Minke, halaman 1


"Barangsiapa memerlukan pertolongan, dia tempatkan diri dalam keadaan takluk tergantung-gantung pada orang lain."
-- Minke, halaman 2


"Ilmu pengetahuan, Tuan-tuan, betapa pun tingginya, dia tidak berpribadi. Sehebat-hebatnya mesin, dibikin oleh sehebat-hebat manusia -- dia pun tidak berpribadi. Tetapi sesederhana-sederhana cerita yang ditulis, dia mewakili pribadi individu atau malahan bisa juga bangsanya."
-- Ir. H. Van Kollewijn, halaman 41


"Setiap hak yang berlebihan adalah penindasan."
-- Surat Kartini, halaman 106


"Banyak-banyak berprihatin agar luhur kemudian."
-- Bunda, halaman 143


"...usia empat puluh adalah sebaik-baik usia. Pada umur itu orang mulai menengok-nengok ke belakang dan bertanya pada diri sendiri: apakah telah kau berikan pada kehidupan ini, hei, kau manusia terpelajar?"
-- Pidato Dokterdjawa, halaman 182


"Seorang dokter bukan hanya menyembuhkan penyakit pada badan, juga membangkitkan jiwa bangsa yang mendam ketidaktahuan."
-- Pidato Dokterdjawa, halaman 188

Pramoedya Ananta Toer


"...tak ada satria lahir, tumbuh dan perkasa tanpa ujian."
-- Minke mengutip ajaran nenek moyang Jepang, halaman 201


"Tak mungkin orang dapat mencintai negeri dan bangsanya, kalau orang tak mengenal kertas-kertas tentangnya. Kalau dia tak mengenal sejarahnya. Apalagi kalau tak pernah berbuat sesuatu kebajika untuknya."
-- Ang San Mei, halaman 262


"...peduli amat keturunan siapa seseorang? Yang jadi ukuran tetap perbuatannya sebagai probadi pada sesamanya."
-- Minke, halaman 289


"Cara priyayi. Seperti kata gadis Jepara itu: sekali seorang Bupati melakukan sesuatu, bawahannya akan meniru. Sedang Bupati hanya meniru Belanda residennya. Meniru atasan jadi pola kebajikan. Tak peduli atasan itu iblis atau hantu dari neraka yang belum terdaftar. Dengan meniru atasan orang semakin mengurangi tanggungjawab pribadi, yang memang sudah kurang dari hanya pas-pasan."

-- Minke, halaman 296


"Apa? Siapa tidak percaya kau memulai dengan hati yang bersih dan kemauan baik? Kau kira itu saja cukup? Hati bersih dan kemauan baik, dan kemampuan melaksanakannya, justru yang dicari para bandit. Hati bersih dan kemauan baik, dan kemampuan melaksanakannya belum mencukupi, Nyo, Nak. Belum, masih jauh. Dalam kenyataannya sampai sekarang ini apa kurang banyak orang menggunakan Jesus untuk menindas? Waspdalah."
-- Nyai Ontosoroh, halaman 297


".... Bantuan keuangan? Bangsa-bangsa di Hindia tidak pernah tidak korup. Mereka korup sudah sejak dunia pikirannya, dari dukun sampai pedagangnya, dari petani sampai rajanya. Mereka tidak mengerti nilai uang. Mereka hanya tahu nilai hawa nafsunya sendiri."
-- Gubernur Jenderal Van Heutsz, halaman 327


"Cara berpikir pembunuh cuma satu jalur: bunuh yang tak membenarkan dirinya."
-- Minke, halaman 340


"Satu juta orang bodoh takkan bisa menggerakkan dan menjalankan satu formasi keretaapi. Tapi satu manusia modern dapat."
-- Gubernur Jenderal Van Heutsz, halaman 342



"Setiap permulaan memang sulit. Dengan memulai, setengah pekerjaan sudah selesai."
-- Gubernur Jenderal Van Heutsz, halaman 343


"Tak mengenal Hindia berarti juga takkan tahu apa harus diperbuat untuk Hindia."
-- Gubernur Jenderal Van Heutsz, halaman 344


"Dan memang pembesar butuh pendengar. Setiap pembesar begitu. Merasa berbobot kalau sudah ngomong, lebih berbobot lagi kalau tak mendengarkan orang lain."
-- Minke, halaman 344


"Menjawab puji-pujian selalu lebih sulit. Terhadap hinaan atau tantangan sebuah otomatis dalam diri akan menghasilkan segala macam tanggapan, sikap, tindakan, terkemas dalam sederetan kata. Yang ada dalam persediaan untuk pujian hanya satu jenis: terimakasih."
-- Minke, halaman 368


"Jangan Tuan terlalu percaya pada pendidikan sekolah. Seorang guru yang baik masih bisa melahirkan bandit yang sejahat-jahatnya, yang sama sekali tidak mengenal prinsip. Apalagi kalau guru itu sudah bandit pula pada dasarnya."
-- Hendrik Frischboten, halaman 378


"Kalau yang satu mulia, yang lain tidak, kira-kira yang satu sudah merampas kemuliaan yang lain."
-- Minke, halaman 409


"Tak ada kekeliruan yang tak dapat diperbaiki."
-- Minke, halaman 411


"Kalau kau menyederhanakan hidup dengan menjabat jadi dokter Gubermen mungkin di rumah sakit, mungkin di kapal, mungkin juga di tangsi, takkan seriuh ini pekerjaanmu. Kau telah memilih. 
-- Minke, halaman 414


" Orang-orang asing datang ke pulau kita dan pada menjadi kaya. Bukan karena kepintaran mereka, karena kebodohan orang kecil kita sendiri."
-- Seorang murid sekolah pangrehpraja di kongres Boedi Oetomo, halaman 419


"Salah itu sudah salah sejak dalam fikiran. Kalau keliru agak lain. Didalam pikiran benar, dalam pengerjaan tidak benar, itu keliru."
-- Hadji Moeloek, halaman 427

Footsteps
Sampul Depan Novel Jejak Langkah versi Bahasa Inggris


"Memang semakin jauh orang dari jabatan negeri, semakin bebas jiwanya, semakin bebas sepak-terjangnya, karena memang pikirannya lebih lincah, bisa produktif dan bisa kreatif, mempunyai lebih banyak inisiatif, tidak dibatasi dan dibayang-bayangi ketakutan akan dipecat dari jabatannya."
-- Douwager, halaman 465


"Setiap pandangan dan pendapat baru selalu memanggil lawan."
-- Douwager, halaman 469


"Bagi yang kehausan di gurun pasir setitik embun kotor pun akan diraih, bahkan fatamorgana pun akan diparani."
-- Minke, halaman 495


"Semua ditentukan oleh keadaan, bagaimana pun seseorang menghendaki yang lain. Yang di gurun pasir takkan menggunakan bahtera, yang di samudra takkan menggunakan onta."
-- Minke, halaman 511


"Perdagangan adalah jiwa negeri, Tuan. Biar negeri tandus, kering-kerontang seperti Arabia, kalau perdagangan berkembang subur, bangsanya bisa makmur juga. Biar negeri Tuan subur, kalau perdagangannya kembang-kempis, semua ikut kembang-kempis, bangsanya tetap miskin. Negeri-negeri kecil menjadi besar karena perdagangannya, dan negeri besar menjadi kecil karena menciut perdagangannya."
-- Sjeh Ahmad Badjened, halaman 519


"Pedagang orang paling giat diantara umat manusia ini, Tuan. Dia orang yang paling pintar. Orang menamainya juga saudagar, orang dengan seribu akal. Hanya orang bodoh bercita-cita jadi pegawai, karena memang akalnya mati. Lihat saja diriku ini. Jadi pegawai, kerjanya hanya disuruh-suruh seperti budak. Bukan kebetulan Nabi SAW pada mulanya juga pedagang. Pedagang mempunyai pengetahuan luas tentang ikhwal dan kebutuhan hidup, usaha dan hubungannya. Perdagangan membikin orang terbebas dari pangkat-pangkat, tak membeda-bedakan sesama manusia, apakah dia pembesar atau bawahan, bahkan budak pun. Pedagang berpikiran cepat. Mereka menghidupkan yang beku dan menggiatkan yang lumpuh."
-- Thamrin Mohammad Thabrie, halaman 520


"Siapa bisa membebaskan diri dari perdagangan? Tak seorang pun! Sejak dalam kandungan sampai tua renta menghadapi maut orang ikut serta dalam lalu-lintas perdagangan. Dari popok sampai kafan."
-- Minke, halaman 521


"Setiap sukses seseorang akan mempersatukan kaum dungu untuk menentang."
-- Minke, halaman 551


"Organisasi tidak boleh tergantung pada satu-dua orang."
-- Minke, halaman 566


"Kesimpulan salah memperosokkan."
-- Hendrik Frischboten, halaman 573


"Jangan kehilangan keseimbangan! Berseru-seru aku pada diri sendiri, memperingatkan. Dibalik setiap kehormatan mengintip kebinasaan. Dibalik hidup adalah maut. Dibalik kebesaran adalah kehancuran. Dibalik persatuan adalah perpecahan. Dibalik sembah adalah umpat. Maka jalan keselamatan adalah jalan tengah. Jangan terima kehormatan atau kebinasaan sepenuhnya. Jalan tengah--jalan ke arah kelestarian."
-- Minke, halaman 575


"...bukan darah, bukan keturunan, yang menentukan sukses-tidaknya seseorang dalam hidupnya, tetapi: pendidikan lingkungan dan keuletan. Bahwa sukses bukan hadiah cuma-cuma dari para dewa, dia hanya akibat kerja keras dan belajar."
-- Minke, halaman 576

"Keadilan adalah khas urusan manusia, bisa tegak hanya oleh manusia."
-- Minke, halaman 598


"Kau telah memulai, kau harus juga dapat mengakhiri."
-- Minke, halaman 597


"Bukankah uang itu soal mudah kalau kemauan ada?"
-- Minke, halaman 613


"Apa kalau mereka sangat berkuasa lantas dengan sendirinya benar dan segala perbuatannya tak boleh dibantah?"
-- Minke, halaman 626


"Perpecahan dalam satu organisasi adalah perkembangan wajar, tak dapat dielakkan dalam sejarah organisasi, kapan dan dimana pun."
-- Hendrik Frischboten, halaman 627


"Aku mengerti, Nak. Betapa kau mengimpi selama ini untuk menjadi dirimu sendiri. Rela kau ayahmu turun dari jabatan?"
"Tidak ada hubungan dengan sahaya, Bunda. Kalau ayahanda dipecat bukanlah karena sahaya. Bukan."
"Jadi karena siapa?"
"Karena beliau punya atasan yang berkuasa memecat.'
-- Percakapan Bunda dan Minke, halaman 634


" Memang, makin besar kemenangan, makin dekat orang pada kelenaan, dan kelenaan adalah pangkal tewas. Aku harus ambil separoh saja dari semua kemenangan ini."
-- Minke, halaman 702


"Keadaan sangat keras terhadap diriku. Selama itu aku pun keras terhadap keadaan. Tanggapilah semua juga dengan keras, agar tidurmu tidak terganggu oleh mimpi buruk."
-- Surat Minke ke istrinya, halaman 718



***
End.
Lanjut buku ke-4: Rumah Kaca

Untuk versi word atau pdf, silahkan kontak kami ya :)

1 komentar:

  1. senang sekali baca kutipan2 bijak dan progresif bung Pram dlm bog ini. Izin copy paste ya

    BalasHapus