Minggu, 31 Desember 2017

Kutipan: Jejak Langkah (Tetralogi Buru)

Jejak Langkah
Pramoedya Ananta Toer
Lentera Dipantara
Cetakan 9, Februari 2012

Sampul Depan Novel Jejak Langkah
Buku ke-3 dari Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer
(sumber gambar: goodreads)



"Aku datang untuk jaya, besar, dan sukses."
-- Minke, halaman 1


"Barangsiapa memerlukan pertolongan, dia tempatkan diri dalam keadaan takluk tergantung-gantung pada orang lain."
-- Minke, halaman 2


"Ilmu pengetahuan, Tuan-tuan, betapa pun tingginya, dia tidak berpribadi. Sehebat-hebatnya mesin, dibikin oleh sehebat-hebat manusia -- dia pun tidak berpribadi. Tetapi sesederhana-sederhana cerita yang ditulis, dia mewakili pribadi individu atau malahan bisa juga bangsanya."
-- Ir. H. Van Kollewijn, halaman 41


"Setiap hak yang berlebihan adalah penindasan."
-- Surat Kartini, halaman 106


"Banyak-banyak berprihatin agar luhur kemudian."
-- Bunda, halaman 143


"...usia empat puluh adalah sebaik-baik usia. Pada umur itu orang mulai menengok-nengok ke belakang dan bertanya pada diri sendiri: apakah telah kau berikan pada kehidupan ini, hei, kau manusia terpelajar?"
-- Pidato Dokterdjawa, halaman 182


"Seorang dokter bukan hanya menyembuhkan penyakit pada badan, juga membangkitkan jiwa bangsa yang mendam ketidaktahuan."
-- Pidato Dokterdjawa, halaman 188

Pramoedya Ananta Toer


"...tak ada satria lahir, tumbuh dan perkasa tanpa ujian."
-- Minke mengutip ajaran nenek moyang Jepang, halaman 201


"Tak mungkin orang dapat mencintai negeri dan bangsanya, kalau orang tak mengenal kertas-kertas tentangnya. Kalau dia tak mengenal sejarahnya. Apalagi kalau tak pernah berbuat sesuatu kebajika untuknya."
-- Ang San Mei, halaman 262


"...peduli amat keturunan siapa seseorang? Yang jadi ukuran tetap perbuatannya sebagai probadi pada sesamanya."
-- Minke, halaman 289


"Cara priyayi. Seperti kata gadis Jepara itu: sekali seorang Bupati melakukan sesuatu, bawahannya akan meniru. Sedang Bupati hanya meniru Belanda residennya. Meniru atasan jadi pola kebajikan. Tak peduli atasan itu iblis atau hantu dari neraka yang belum terdaftar. Dengan meniru atasan orang semakin mengurangi tanggungjawab pribadi, yang memang sudah kurang dari hanya pas-pasan."

-- Minke, halaman 296


"Apa? Siapa tidak percaya kau memulai dengan hati yang bersih dan kemauan baik? Kau kira itu saja cukup? Hati bersih dan kemauan baik, dan kemampuan melaksanakannya, justru yang dicari para bandit. Hati bersih dan kemauan baik, dan kemampuan melaksanakannya belum mencukupi, Nyo, Nak. Belum, masih jauh. Dalam kenyataannya sampai sekarang ini apa kurang banyak orang menggunakan Jesus untuk menindas? Waspdalah."
-- Nyai Ontosoroh, halaman 297


".... Bantuan keuangan? Bangsa-bangsa di Hindia tidak pernah tidak korup. Mereka korup sudah sejak dunia pikirannya, dari dukun sampai pedagangnya, dari petani sampai rajanya. Mereka tidak mengerti nilai uang. Mereka hanya tahu nilai hawa nafsunya sendiri."
-- Gubernur Jenderal Van Heutsz, halaman 327


"Cara berpikir pembunuh cuma satu jalur: bunuh yang tak membenarkan dirinya."
-- Minke, halaman 340


"Satu juta orang bodoh takkan bisa menggerakkan dan menjalankan satu formasi keretaapi. Tapi satu manusia modern dapat."
-- Gubernur Jenderal Van Heutsz, halaman 342



"Setiap permulaan memang sulit. Dengan memulai, setengah pekerjaan sudah selesai."
-- Gubernur Jenderal Van Heutsz, halaman 343


"Tak mengenal Hindia berarti juga takkan tahu apa harus diperbuat untuk Hindia."
-- Gubernur Jenderal Van Heutsz, halaman 344


"Dan memang pembesar butuh pendengar. Setiap pembesar begitu. Merasa berbobot kalau sudah ngomong, lebih berbobot lagi kalau tak mendengarkan orang lain."
-- Minke, halaman 344


"Menjawab puji-pujian selalu lebih sulit. Terhadap hinaan atau tantangan sebuah otomatis dalam diri akan menghasilkan segala macam tanggapan, sikap, tindakan, terkemas dalam sederetan kata. Yang ada dalam persediaan untuk pujian hanya satu jenis: terimakasih."
-- Minke, halaman 368


"Jangan Tuan terlalu percaya pada pendidikan sekolah. Seorang guru yang baik masih bisa melahirkan bandit yang sejahat-jahatnya, yang sama sekali tidak mengenal prinsip. Apalagi kalau guru itu sudah bandit pula pada dasarnya."
-- Hendrik Frischboten, halaman 378


"Kalau yang satu mulia, yang lain tidak, kira-kira yang satu sudah merampas kemuliaan yang lain."
-- Minke, halaman 409


"Tak ada kekeliruan yang tak dapat diperbaiki."
-- Minke, halaman 411


"Kalau kau menyederhanakan hidup dengan menjabat jadi dokter Gubermen mungkin di rumah sakit, mungkin di kapal, mungkin juga di tangsi, takkan seriuh ini pekerjaanmu. Kau telah memilih. 
-- Minke, halaman 414


" Orang-orang asing datang ke pulau kita dan pada menjadi kaya. Bukan karena kepintaran mereka, karena kebodohan orang kecil kita sendiri."
-- Seorang murid sekolah pangrehpraja di kongres Boedi Oetomo, halaman 419


"Salah itu sudah salah sejak dalam fikiran. Kalau keliru agak lain. Didalam pikiran benar, dalam pengerjaan tidak benar, itu keliru."
-- Hadji Moeloek, halaman 427

Footsteps
Sampul Depan Novel Jejak Langkah versi Bahasa Inggris


"Memang semakin jauh orang dari jabatan negeri, semakin bebas jiwanya, semakin bebas sepak-terjangnya, karena memang pikirannya lebih lincah, bisa produktif dan bisa kreatif, mempunyai lebih banyak inisiatif, tidak dibatasi dan dibayang-bayangi ketakutan akan dipecat dari jabatannya."
-- Douwager, halaman 465


"Setiap pandangan dan pendapat baru selalu memanggil lawan."
-- Douwager, halaman 469


"Bagi yang kehausan di gurun pasir setitik embun kotor pun akan diraih, bahkan fatamorgana pun akan diparani."
-- Minke, halaman 495


"Semua ditentukan oleh keadaan, bagaimana pun seseorang menghendaki yang lain. Yang di gurun pasir takkan menggunakan bahtera, yang di samudra takkan menggunakan onta."
-- Minke, halaman 511


"Perdagangan adalah jiwa negeri, Tuan. Biar negeri tandus, kering-kerontang seperti Arabia, kalau perdagangan berkembang subur, bangsanya bisa makmur juga. Biar negeri Tuan subur, kalau perdagangannya kembang-kempis, semua ikut kembang-kempis, bangsanya tetap miskin. Negeri-negeri kecil menjadi besar karena perdagangannya, dan negeri besar menjadi kecil karena menciut perdagangannya."
-- Sjeh Ahmad Badjened, halaman 519


"Pedagang orang paling giat diantara umat manusia ini, Tuan. Dia orang yang paling pintar. Orang menamainya juga saudagar, orang dengan seribu akal. Hanya orang bodoh bercita-cita jadi pegawai, karena memang akalnya mati. Lihat saja diriku ini. Jadi pegawai, kerjanya hanya disuruh-suruh seperti budak. Bukan kebetulan Nabi SAW pada mulanya juga pedagang. Pedagang mempunyai pengetahuan luas tentang ikhwal dan kebutuhan hidup, usaha dan hubungannya. Perdagangan membikin orang terbebas dari pangkat-pangkat, tak membeda-bedakan sesama manusia, apakah dia pembesar atau bawahan, bahkan budak pun. Pedagang berpikiran cepat. Mereka menghidupkan yang beku dan menggiatkan yang lumpuh."
-- Thamrin Mohammad Thabrie, halaman 520


"Siapa bisa membebaskan diri dari perdagangan? Tak seorang pun! Sejak dalam kandungan sampai tua renta menghadapi maut orang ikut serta dalam lalu-lintas perdagangan. Dari popok sampai kafan."
-- Minke, halaman 521


"Setiap sukses seseorang akan mempersatukan kaum dungu untuk menentang."
-- Minke, halaman 551


"Organisasi tidak boleh tergantung pada satu-dua orang."
-- Minke, halaman 566


"Kesimpulan salah memperosokkan."
-- Hendrik Frischboten, halaman 573


"Jangan kehilangan keseimbangan! Berseru-seru aku pada diri sendiri, memperingatkan. Dibalik setiap kehormatan mengintip kebinasaan. Dibalik hidup adalah maut. Dibalik kebesaran adalah kehancuran. Dibalik persatuan adalah perpecahan. Dibalik sembah adalah umpat. Maka jalan keselamatan adalah jalan tengah. Jangan terima kehormatan atau kebinasaan sepenuhnya. Jalan tengah--jalan ke arah kelestarian."
-- Minke, halaman 575


"...bukan darah, bukan keturunan, yang menentukan sukses-tidaknya seseorang dalam hidupnya, tetapi: pendidikan lingkungan dan keuletan. Bahwa sukses bukan hadiah cuma-cuma dari para dewa, dia hanya akibat kerja keras dan belajar."
-- Minke, halaman 576

"Keadilan adalah khas urusan manusia, bisa tegak hanya oleh manusia."
-- Minke, halaman 598


"Kau telah memulai, kau harus juga dapat mengakhiri."
-- Minke, halaman 597


"Bukankah uang itu soal mudah kalau kemauan ada?"
-- Minke, halaman 613


"Apa kalau mereka sangat berkuasa lantas dengan sendirinya benar dan segala perbuatannya tak boleh dibantah?"
-- Minke, halaman 626


"Perpecahan dalam satu organisasi adalah perkembangan wajar, tak dapat dielakkan dalam sejarah organisasi, kapan dan dimana pun."
-- Hendrik Frischboten, halaman 627


"Aku mengerti, Nak. Betapa kau mengimpi selama ini untuk menjadi dirimu sendiri. Rela kau ayahmu turun dari jabatan?"
"Tidak ada hubungan dengan sahaya, Bunda. Kalau ayahanda dipecat bukanlah karena sahaya. Bukan."
"Jadi karena siapa?"
"Karena beliau punya atasan yang berkuasa memecat.'
-- Percakapan Bunda dan Minke, halaman 634


" Memang, makin besar kemenangan, makin dekat orang pada kelenaan, dan kelenaan adalah pangkal tewas. Aku harus ambil separoh saja dari semua kemenangan ini."
-- Minke, halaman 702


"Keadaan sangat keras terhadap diriku. Selama itu aku pun keras terhadap keadaan. Tanggapilah semua juga dengan keras, agar tidurmu tidak terganggu oleh mimpi buruk."
-- Surat Minke ke istrinya, halaman 718



***
End.
Lanjut buku ke-4: Rumah Kaca

Untuk versi word atau pdf, silahkan kontak kami ya :)

Sabtu, 30 Desember 2017

Kutipan: Anak Semua Bangsa (Tetralogi Buru)

Anak Semua Bangsa
Pramoedya Ananta Toer
Lentera Dipantara
Cetakan 13, September 2011

Sampul Depan Novel Anak Semua Bangsa
Buku ke-2 dari Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer
(sumber gambar: goodreads)



"Barangsiapa tidak tahu bersetia pada azas, dia terbuka terhadap segala kejahatan: dijahati atau menjahati."
-- Nyai Ontosoroh, halaman 5


"Kalau hati dan pikiran manusia sudah tak mampu mencapai lagi, bukankah hanya pada Tuhan juga orang berseru?"
-- Robert Jan Dapperste, halaman 43


"Negeri Matari Terbit, Negeri Kaisar Meiji itu berseru pada perantauannya, menganjurkan: belajar berdiri sendiri! Jangan hanya jual tenaga pada siapapun! Ubah kedudukan kuli jadi pengusaha, biar kecil seperti apa pun; tak ada modal? Berserikat, bentuk modal! Belajar kerjasama! Bertekun dalam pekerjaan!"
-- Berita koran, halaman 59


"Penghinaan yang bodoh hanya akan memukul diri sendiri."
-- Jean Marais, halaman 62


"Jarak peradaban itu, berapa pun langkahnya, tidak penting. Bagaimana pun yang kuat akan menelan yang lemah. Biar pun yang kuat itu hanya kecil."
-- Marteen Nijman, halaman 69

Pramoedya Ananta Toer


"Kau Pribumi terpelajar! Kalau mereka itu, Pribumi itu, tidak terpelajar, kau harus bikin mereka jadi terpelajar. Kau harus, harus, harus, harus bicara pada mereka, dengan bahasa yang mereka tahu."
-- Jean Marais, halaman 72


"...mendapat upah karena menyenangkan orang lain yang tidak punya persangkutan dengan kata-hati sendiri, kan itu di dalam seni namanya pelacuran?"
-- Jean Marais, halaman 78



"Sepandai-pandai ahli yang berada dalam kekuasaan yang bodoh ikut juga jadi bodoh."
-- Khouw Ah Soe, halaman 88



"Kepercayaan itu justru kekuatan yang menggerakkan kami. Kami tak pernah dijajah oleh ras lain, kami takkan rela mendapatkan pengalaman demikian. Sebaliknya kami pun tak ada impian untuk menjajah ras lain. Itu kepercayaan. Orang tua-tua kami bilang: Di langit ada sorga, di bumi ada Hanchou, dan kami menambahkan: di hati ada kepercayaan."
-- Khouw Ah Soe, halaman 89



"Jangan remehkan satu orang, apalagi dua, karena satu pribadi pun mengandung dalam dirinya kemungkinan tanpa batas."
-- Nyai Ontosoroh, halaman 108



"Jangan agungkan Eropa sebagai keseluruhan. Dimana pun ada malaikat dan iblis. Dimana pun ada iblis bermuka malaikat, dan malaikat bermuka iblis. Dan satu yang tetap, Nak, abadi: yang kolonial, dia selalu iblis."
-- Nyai Ontosoroh, halaman 110



"Kau, Nak, paling sedikit harus bisa berteriak. Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh dikemudian hari."
-- Nyai Ontosoroh, halaman 112


"Dulu suatu bangsa bisa hidup aman di tengah-tengah padang pasir atau hutan. Sekarang tidak. Ilmu pengetahuan modern mengusik siapa saja dari keamanan dan kedamaiannya. Juga manusia sebagai makhluk sosial dan sebagai individu tidak lagi bisa merasa aman. Dia dikejar-kejar selalu, karena ilmu pengetahuan modern memberikan inspirasi dan nafsu untuk menguasai: alam dan manusia sekaligus. Tak ada kekuatan lain yang bisa menghentikan nafsu berkuasa ini kecuali ilmu pengetahuan itu sendiri yang lebih unggul, di tangan manusia yang lebih berbudi ...."
-- Khouw Ah Soe, halaman 123


"...sebesar-besar ampun adalah yang diminta seorang anak dari ibunya, sebesar-besar dosa adalah dosa anak kepada ibunya."
-- Robert Mellema, halaman 130


"Untuk apa hidup sesungguhnya? Bukan untuk menampung semua yang tidak diperlukan."
-- Nyai Ontosoroh, halaman 148


"Apa artinya pandai kalau tak berbahagia di rumah sendiri? Belajar bekerja juga penting -- belajar membangun kehidupan sendiri. Sekolahan kan cuma, penyempurna saja?"
-- Jean Marais, halaman 150


"...Kartini pernah mengatakan: mengarang adalah bekerja untuk keabadian? Kalau sumbernya abadi, bisa jadi karangan itu menjadi abadi juga."
-- Kommer, halaman 162


"Dan untuk kesekian kalinya terpikir olehku: lulus H.B.S. ternyata hanya makin membikin orang tahu tentang ketidaktahuan sendiri. Maka kau harus belajar berendahhati, Minke! Kau, lulusan H.B.S.! sekolahmu itu belum lagi apa-apa ...."
-- Minke, halaman 163



"Tak mungkin bisa mendekati orang tanpa terlebih dahulu menghampiri hatinya."
-- Minke, halaman 236


"Kehidupan ini seimbang, Tuan. Barangsiapa hanya memandang pada keceriaannya saja, dia orang gila. Barangsiapa memandang pada penderitaannya saja, dia sakit."
-- Kommer, halaman 265



"...Ia melihat semua orang yang menderita sebagai sahabatnya, semua ketidakadilan sebagai musuhnya. Tidak seharusnya orang mesti melihat keceriaan dan derita sebagai satu keseimbangan. Kan kehidupan lebih nyata daripada pendapat siapa pun tentang kenyataan?"
-- Nyai Ontosoroh, halaman 266


"...pidato dalam tulisan adalah seburuk-buruknya tulisan."
-- Kommer, halaman 269


"Kritik boleh ditangkis, tapi harus didengarkan dulu, direnungkan, kalau perlu tidak ditangkis dan diterima sebagai saran. Orang tak perlu marah mendapatkan kritik."
-- Kommer, halaman 270

Child of All Nations
Sampul Depan Novel Anak Semua Bangsa versi Bahasa Inggris



"Pengarang yang baik, Tuan Minke, seyogyanya dapat memberikan kegembiraan pada pembacanya, bukan kegembiraan palsu, memberikan kepercayaan, hidup ini indah. Jangan pembaca itu dijejal dengan penderitaan tanpa kepercayaan bahwa, seberat-berat penderitaan juga bisa dilawan, dan begitu dilalui bukan saja hilang bobotnya sebagai penderitaan, malah terasa sebagai lelucon. Berilah harapan pada pembaca Tuan."
-- Kommer, halaman 270


"Dengan hanya memandang manusia pada satu sisi, orang akan kehilangan sisinya yang lain."
-- Kommer, halaman 272


"...menulis bukan hanya untuk memburu kepuasan pribadi. Menulis harus juga mengisi hidup."
"Jean Marais, halaman 280


"Konsepsi yang salah bisa menganak-biakkan banyak kesalahan."
-- Marteen Nijman, halaman 287


"Orang bisa percaya pada segala yang tidak benar. Sejarah adalah sejarah pembebasan dari kepercayaan tidak benar, perjuangan melawan kebodohan, ketidaktahuan."
-- Marteen Nijman, halaman 289


"Lihat kapal itu, juga milik K.P.M., modal Sri Ratu juga ada di dalamnya. Seperti pada kapal ini. Semua dibikin oleh tukang dan insinyur pandai. Mesin-mesinnya dibikin oleh penemu-penemu mahapandai. Tapi semua itu milik sang modal. Yang tak bermodal hanya akan jadi kuli, tidak lebih, biar kepandaiannya setinggi langit, lebih pandai daripada dewa-dewa Yunani dan Romawi sekaligus ...."
-- Ter Haar, halaman 416



"Manusia tetap yang dulu juga, ruwet dan pusing dengan nafsunya yang sama dan itu-itu juga, seperti di jaman wayang dulu."
-- Minke, halaman 436


"Hanya dari jerih payah sendiri orang bisa merasai kebahagiaan."
-- Robert Mellema, halaman 448


"Dalam pelik-pelik kehidupan ini, memang apa yang pernah kau pelajari di sekolah hanya permainan kanak-kanak. Kau sudah cukup dewasa, untuk mengerti hukum serigala yang berlaku dalam kehidupan, di antara mereka, juga di antara kita sendiri. Sebentar lagi kau akan lihat, apa yang kukatakan ini tidak meleset dan tidak akan meleset."
-- Nyai Ontosoroh, halaman 462



"Sahabat dalam kesulitan adalah sahabat dalam segala-galanya. Jangan sepelekan persahabatan. Kehebatannya lebih besar daripada panasnya permusuhan."
-- Nyai Ontosoroh, halaman 484


"Meniru apa saja yang baik dan bermanfaat justru tanda-tanda kemajuan, bukan suatu nista seperti diejekkan oleh beberapa pendapat kolonial. Semua pribadi dan bangsa memulai dengan meniru sebelum dapat berdiri sendiri."
-- Minke, halaman 487


"Semua yang terjadi di kolong langit adalah urusan setiap orang yang berpikir."
-- Kommer, halaman 522



***
End.
Lanjut buku ke-3: Jejak Langkah

Untuk versi word atau pdf, silahkan kontak kami ya :)

Minggu, 24 Desember 2017

Kutipan: Bumi Manusia (Tetralogi Buru)

Bumi Manusia
Pramoedya Ananta Toer
Lentera Dipantara 
Cetakan 17, Januari 2011


Sampul Depan Buku Bumi Manusia
Buku ke-1 dari Tetralogi Buku karya Pramoedya Ananta Toer
(sumber gambar: goodreads.com)



"...Kau harus berterimakasih pada segala yang memberimu kehidupan, kata Mama, sekalipun dia hanya seekor kuda."
-- Annelies Mellema, halaman 50


"Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri, bersuka karena usahanya sendiri dan maju karena pengalamannya sendiri."
-- Nyai Ontosoroh, halaman 59



"Pendapat umum perlu dan harus diindahkan, dihormati, kalau benar. Kalau salah, mengapa dihormati dan diindahkan? Kau terpelajar, Minke, Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan. Itulah memang arti terpelajar itu."
-- Jean Marais, halaman 77


"Cinta itu indah, Minke, terlalu indah, yang bisa didapatkan dalam hidup manusia yang pendek ini."
-- Jean Marais, halaman 81


"Prasangkaku, bahwa parang dan tombak, dan ranjau Aceh, takkan mampu menghadapi senapan dan meriam, juga keliru. Orang Aceh punya cara berperang khusus. Dengan alamnya, dengan kemampuannya, dengan kepercayaannya, telah banyak kekuatan Kompeni dihancurkan. Aku heran melihat kenyataan ini. Mereka membela apa yang mereka anggap jadi haknya tanpa mengindahkan maut. Semua orang, sampai pun kanak-kanak! Mereka kalah, tapi tetap melawan. Melawan, Minke, dengan segala kemampuan dan ketakmampuan."
-- Jean Marais, halaman 87


"Manusia yang wajar mesti punya sahabat, persahabatan tanpa pamrih. Tanpa sahabat hidup akan terlalu sunyi."
-- Nyai Ontosoroh, halaman 101


"Hidup bisa memberikan segala pada barang siapa tahu dan pandai menerima."
-- Nyai Ontosoroh, halaman 105


Pramoedya Ananta Toer


"Harus adil sejak dalam pikiran, jangan ikut-ikutan jadi hakim tentang perkara yang tidak diketahui benar-tidaknya."
-- Jean Marais, halaman 105


"Kau harus selalu kelihatan cantik, Nyai. Muka yang kusut dan pakaian berantakan juga pencerminan perusahaan yang kusut-berantakan, tak dapat dipercaya.
-- Herman Mellema, halaman 133


"Dan setiap yang buruk tak pernah menarik."
-- Nyai Ontosoroh, halaman 133


"Sekali dalam hidup orang mesti menentukan sikap. Kalau tidak, dia takkan menjadi apa-apa."
-- Nyai Ontosoroh, halaman 139


"Cerita, ...., selamanya tentang manusia, kehidupannya, bukan kematiannya. Ya, biarpun yang ditampilkannya itu hewan, raksasa atau dewa atau hantu. Dan tak ada yang lebih sulit dapat difahami daripada sang manusia.... jangan anggap remeh si manusia, yang kelihatannya begitu sederhana; biar penglihatanmu setajam mata elang, pikiranmu setajam pisau cukur, perabaanmu lebih peka dari para dewa, pendengaranmu dapat menangkap musik dan ratap-tangis kehidupan, pengetahuanmu tentang manusia takkan bakal bisa kemput."
-- Nyai Ontosoroh, halaman 164


"Cerita tentang kesenangan selalu tidak menarik. Itu bukan cerita tentang manusia dan kehidupannya, tapi tentang surga, dan jelas tidak terjadi di atas bumi kita ini."
-- Nyai Ontosoroh, halaman 165


"Pada setiap awal pertumbuhan, semua hanya meniru. Setiap kita semasa kanak-kanak juga hanya meniru. Tetapi kanak-kanak itu pun akan dewasa, mempunyai perkembangan sendiri."
-- Tulisan dalam majalah yang diberikan Robert Mellema ke Minke, halaman 169


"Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya."
-- Minke, halaman 186


"Semua lelaki memang kucing berlagak kelinci. Sebagai kelinci dimakannya semua daun, sebagai kucing dimakannya semua daging."
-- Bunda, halaman 189


"Semakin tinggi sekolah bukan berarti semakin menghabiskan makanan orang lain. Harus semakin mengenal batas. Kalau orang tak tahu batas, Tuhan akan memaksanya tahu dengan caraNya sendiri."
-- Bunda, halaman 189


"Kan baik belum tentu benar, juga belum tentu tepat? Malah bisa salah pada waktu dan tempat yang tidak cocok?"
-- Miriam de la Croix, halaman 208


"Jangan ikut-ikut jadi hakim tentang sesuatu yang kau tak ketahui dengan pasti."
-- Jean Marais, halaman 272


"Kau terpelajar, cobalah bersetia pada katahati."
-- Jean Marais, halaman 274

This Earth of Mankind
Sampul Depan Novel Bumi Manusia versi Bahasa Inggris



"Kodrat ummat manusia kini dan kemudian ditentukan oleh penguasaannya atas ilmu dan pengetahuan. Semua, pribadi dan bangsa-bangsa akan tumbang tanpa itu. Melawan pada yang berilmu dan pengetahuan adalah menyerahkan diri pada maut dan kehinaan."
-- Tuan Assisten Residen Herbert de la Croix, halaman 285


"Dia bangga sebagai orang Jawa, dan itu baik selama dia punya perasaan hargadiri sebagai pribadi mau pun sebagai anak bangsa. Jangan seperti bangsanya pada umumnya, mereka merasa sebagai bangsa tiada tara di dunia ini bila berada di antara mereka sendiri. Begitu di dekat seorang Eropa, seorang saja, sudah melata, bahkan mengangkat pandang pun tak ada keberanian lagi."
-- Tuan Assisten Residen Herbert de la Croix, halaman 286


"Setiap lelaki yang beristri lebih dari seorang pasti seorang penipu, dan menjadi penipu tanpa semau sendiri."
-- Nenenda, halaman 302


"Setiap otodidak punya kegagalan menyolok."
-- Dokter Martinet, halaman 304


"Seniman besar, entah dia pelukis, entah apa, entah pemimpin, entah panglima perang, adalah karena hidupnya disarati dan dilandasi pengalaman-pengalaman besar, intensif: perasaan, batin atau badan. Tanpa pengalaman besar kebesaran seseorang khayali semata; kebesarannya dibuat karena tiupan orang-orang mataduitan."
-- Jean Marais, halaman 305


"Kau akan berhasil dalam setiap pelajaran, dan kau harus percaya akan berhasil, dan berhasillah kau; anggap semua pelajaran mudah, dan semua akan jadi mudah; jangan takut pada pelajaran apa pun, karena ketakutan itu sendiri kebodohan awal yang akan membodohkan semua."
-- Nenenda, halaman 310



"Kalian boleh maju dalam pelajaran, mungkin mencapai deretan gelar kesarjanaan apa saja, tapi tanpa mencintai sastra, kalian tinggal hewan yang pandai."
-- Magda Peters, halaman 313


"Tahu kau apa yang paling mengagumkan tentangnya? Dia berani menyatakan pendapat! Sekalipun belum tentu benar. Dia tak takut pada kekeliruan. Tabah, berani belajar dari kesalahan sendiri."
-- Magda Peters, halaman 348


"...cinta tak lain dari sumber kekuatan tanpa bandingan, bisa mengubah, menghancurkan atau meniadakan, membangun atau menggalang."
-- Dokter Martinet, halaman 373


"Kekeliruan dan kesalahan justru akan memperkuat kebenaran."
-- Dokter Martinet, halaman 375


"Kau seniman. Aku seniman. Setiap seniman menginginkan, mengimpikan puncak sukses. Sukses! Dan mengumpulkan tenaga, hanya untuk mempertahankan suksesnya - sukses yang menganiaya itu."
-- Jean Marais, halaman 391


"...semakin banyak bergaul semakin banyak pola persoalan, yang sebelumnya tak pernah kubayangkan ada, kini bermunculan seperti cendawan."
-- Minke, halaman 439


"Jangan lari dari persoalanmu sendiri, karena itu adalah hakmu sebagai jantan."
-- Bunda, halaman 440


"Aku tak pernah bersekolah, Nak, Nyo, tak pernah diajar mengagumi Eropa. Biar kau belajar sampai puluhan tahun, apa pun yang kau pelajari, jiwanya sama: mengagumi mereka tanpa habis-habisnya, tanpa batas sampai-sampai orang tak tahu lagi dirinya sendiri siapa dan dimana. Biar begitu memang masih lebih beruntung yang bersekolah. Setidak-tidaknya orang dapat mengenal bangsa lain yang punya cara-cara tersendiri dalam merampas milik bangsa lain."
-- Nyai Ontosoroh, halaman 500


"...seyogyanya pihak yang berkuasa bersikap lebih bijaksana menghadapi para ulama yang dihargai, dihormati, dimuliakan, dan didengarkan oleh para pemeluk Islam di daerah ini. Adalah berbahaya bermain-main dengan kepercayaan rakyat, jauh lebih berbahaya daripada mempermain-mainkan kawula yang tidak berdaya atau pun merampas hak-milik dan anak bini mereka."
-- Kommer, halaman 506


"...kita telah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya."
-- Nyai Ontosoroh, halaman 535



***
End.
Lanjut buku ke-2 Tetralogi Buru: Anak Semua Bangsa


Note: untuk versi word atau pdf, silahkan kontak kami ya :)