Rumah Kaca
Pramoedya Ananta Toer
Lentera Dipantara
Cetakan 9, September 2011
Sampul Depan Novel Rumah Kaca
Buku ke-4 dari Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer
(sumber gambar: goodreads)
"Menjadi perabot kekuasaan seperti ini, makin keatas makin besar mulut dan kuping hilang, makin kebawah makin besar kuping dan mulut hilang."
-- Jacques Pangemanann, halaman 37
"Betapa sederhana hidup ini sesungguhnya. Yang pelik cuma liku dan tafsirannya. Jutaan semut mati setiap hari terinjak kaki manusia. Ribuan juta serangga mati setiap detik karena diberantas manusia diladang-ladang pertanian. Jiwa-jiwa itu punah dan yang tersisa berbiak kembali dalam laju yang sangat derasnya. Juga manusia berjatuhan di medan-perang, sama dengan semut dan serangga. Juga yang tersisa berbiak kembali dalam laju yang sama derasnya. Mengapa mesti sentimental terhadap kematian? Hanya karena sejak kecil dipompakan dongeng tentang iblis, malaikat, neraka dan surga? Segalanya tafsiran semata dan tetap tinggal tafsiran. Jutaan manusia telah lenyap dari muka bumi, termasuk peninggalannya karena bencana alam lebar. Siapa akan sentimental? Mereka malah bersyukur karena sendiri tak terkenai."
-- Jacques Pangemanann, halaman 52
"Dua abad lebih mungkin lebih lama lagi orang juga sudah berselisih pikiran tentang makna hukum. Satu pihak menyumbar hukum untuk keselamatan umum, pihak lain bertahan hukum adalah alat mengendalikan umum. Dan berbelas makna lain. Yang paling tepat: hukum itu alat yang bisa dipergunakan pada waktu dibutuhkan dan cocok untuk memenuhi kebutuhan."
-- Jacques Pangemanann, halaman 53
"Hidup sungguh sangat sederhana. Yang hebat-hebat hanya tafsirannya."
-- Jacques Pangemanann, halaman 62
"Betapa mahal biaya keselamatan dan kesenangan sendiri. Orang-orang lain harus dijual dan dikurbankan untuknya."
-- Jacques Pangemanann, halaman 65
"Menumpas kejhahatan dari muka bumi, betapapun kecil adalah kebajikan."
-- Jacques Pangemanann, halaman 72
"...kekuasaan kolonial diatas bagian bumi mana pun jahat."
-- Jacques Pangemanann, halaman 97
"Seorang tanpa prinsip adalah sehina-hina orang, manusia setengik-tengiknya."
-- Jacques Pangemanann, halaman 99
"Jadilah orang-orang yang berhati murni, berprinsip, berpribadi, sebagaimana dicita-citakan peradaban Eropa. Jadilah manusia bebas dari pretensi dan ambisi."
-- Jacques Pangemanann, halaman 99
"Birokrasi di Hindia sama tengiknya dengan kekuasaan kolonial itu sendiri."
-- Jacques Pangemanann, halaman 109
"Cobalah temukan jawabannya: Apa sebab dengan kesempatan yang sama, dengan syarat-syarat alam yang sama, jumlah bangsa Jawa jauh lebih tinggi daripada bangsa-bangsa lain di Hindia? Mengapa Jawa punya latar belakang sejarah lebih panjang dan lebih kaya? Meninggalkan warisan-warisan kebudayaan lebih banyak, pada suatu kurun sejarah tertentu? Malahan dalam suatu jaman yang sama pernah melebihi bangsa-bangsa Eropa tertentu dalam bidang-bidang tertentu?"
-- Tuan L., halaman 123
"Mengapa Jawa bisa dikalahkan oleh Eropa? Pertama-tama karena bangsa ini mempunyai watak selalu mencari-cari kesamaan, keselarasan, melupakan perbedaan untuk menghindari bentrokan sosial. Dia tunduk dan taat pada ini, sampai kadang tak ada batasnya. Akhirnya dalam perkembangannya yang sering, ia terjatuh pada satu kompromi ke kompromi lain dan kehilangan prinsip-prinsip. Ia lebih suka penyesuaian daripada cekcok urusan prinsip."
-- Tuan L., halaman 125
Pramoedya Ananta Toer
"Memang dibutuhkan waktu untuk mempelajari garis-garis pokok pemikiran dalam wayang. Mengerti wayang adalah mengerti sejarah pandangan hidup dan pandangan dunia manusia Jawa. Menguasai pewayangan sebagai subjek, berarti menguasai manusia Jawa. Ini salah satu dasar untuk jadi ahli kolonial Hindia. Sekiranya ada orang Jawa yang menguasainya sebagai subjek, mampu melepaskan diri dari cengkraman pewayangan itu sendiri, jalannya masih jauh untuk dapat merombak dirinya. Alam wayang ini satu bangunan tersendiri yang tidak dapat disentuh oleh gagasan-gagasan modern. Apakah manusia Jawa itu Kristen, apakah dia Islam, apakah dia tak beragama, mereka semua terhisap kedalamnya sebagaimana dirumuskan oleh Prapanca dan Tantular."
-- Tuan L., halaman 141
"Dan apa yang ada dalam kenyataan hanya yang kuatlah yang berhak menentukan hidup, dan segalanya. Bahwa yang kuat yang berhak menentukan mana benar dan mana salah, mana yang adil dan mana yang lalim, mana yang baik dan mana yang buruk. Siapa kuat, dia boleh lakukan segala-galanya sampai datang yang lebih kuat membatasi geraknya atau menindasnya sama sekali. Maka kehidupan kolonial bukanlah kehidupan Eropa demokratis. Kehidupan kolonial hanya harus mengabdi pada yang kuat dan lebih kuat, yakni kekuasaan kolonial itu sendiri."
-- Jacques Pangemanann, halaman 188
"Dalam tigaratus tahun sejarahnya di Hindia, Belanda telah membuat piramida dari mayat Pribumi, dan itulah tahtanya."
-- Jacques Pangemanann, halaman 188
"Tak ada yang lebih baik daripada persahabatan yang ikhlas, teman-temanku yang kukasihi. Terimakasih atas kebaikan kalian. Tak ada manusia hidup tanpa persahabatan dan kebaikan, karena yang bukan demikian bukan manusia. Selamat tinggal semua yang tersayang dan tercinta."
-- Jacques Pangemanann, halaman 195
"Bertindak terhadap perorangan dan terhadap massa membutuhkan pengertian dan cara yang berlain-lainan, Tuan. Massa lebih mudah dihasut dan digerakkan, tergantung pada kualitas pimpinannya."
-- Jacques Pangemanann, halaman 200
"Sejak runtuhnya Majapahit sampai sekarang, bangsa ini tidak pernah lagi bisa membuat peninggalan untuk umat manusia, juga tidak dirinya sendiri."
-- Jacques Pangemanann, halaman 207
"Kesamaan gaji tidak bisa diperoleh tanpa perjuangan. Perjuangan tidak bisa berjalan tanpa organisasi -- organisasi yang berani, cerdas dan berwatak."
-- Douwager, halaman 233
"Jaman ini jaman kejayaan imperialisme, jaman kemenangan bagi yang kuat. Sepandai-pandainya orang biarpun segudang ilmunya, dia harus mengabdi kepada yang kuat, yang jaya."
-- Jacques Pangemanann, halaman 259
"Mereka berorganisasi karena demam, bukan karena kebutuhan."
-- Jacques Pangemanann, halaman 288
"Pandai bicara adalah juga satu syarat dalam kehidupan diantara orang banyak yang berbeda-beda kepentingan dan perhatiannya."
-- Jacques Pangemanann, halaman 298
"Orang menjadi besar karena tindakannya besar, pikirannya besar, jiwanya besar."
-- Catatan Minke, halaman 313
"Jangan jadi kuli mereka. Jangan bikin mereka jadi lebih kaya dan lebih berkuasa karena keringatmu. Rebut ilmu-pengetahuan dari mereka sampai kau sama pandai dengan mereka. Pergunakan ilmumu itu kemudian untuk menuntun bangsamu ke luar dari kegelapan yang tiada habis-habisnya ini."
-- Pesan Minke ke Wardi, halaman 340
"Perampasan tanah dan lapangan hidup menyebabkan orang jadi patriotik, lebih dari itu, menjadi nasionalis dengan kemiripan Eropa."
-- Jacques Pangemanann, halaman 340
"Orang-orang kolonial di seluruh dunia sama saja: kebencian rasial merupakan pedoman hidup."
-- Jacques Pangemanann, halaman 363
"Dalam setiap kegiatan sosial selamanya ada kejahatan yang membonceng."
-- Jacques Pangemanann, halaman 399
"Anak-anak, aku sering membawa kalian ke alam terbuka dengan hanya satu tujuan agar kalian mengenal tanahair kalian sendiri, karena memang disitulah kalian kelak akan hidup dan berkembang. Cintailah alam sekelilingmu, karena semua itu adalah milikmu sendiri. Aku akan sangat bersenanghati bila ada salah seorang diantara kalian sungguh-sungguh mencintainya, dan mengerti, bahwa semua itu adalah milik kalian sendiri."
-- Siti Soendari, halaman 409
"Dari semua kegiatan Pribumi itu, ternyata yang dianggap mahkota kegiatan adalah jurnalistik. Dan barang tentu bukan jurnalistik sebagaimana dikenal oleh Eropa, tapi menulis di koran atau majalah dengan nama terpampang, baik nama benar, nama pena atau inisial. Gejala baru ini langsung berasal dari Raden Mas Minke. Ia pernah mengatakan pada salah seorang temannya:
orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Ucapan lain dari si Gadis Jepara: menulis adalah bekerja untuk keabadian. Dan jurnalistik gaya Hindia merupakan perpaduan alamiah dari gerakan Pribumi untuk kepemimpinan dan keabadian."
-- Jacques Pangemanann, halaman 473
"Kalau pada suatu kali bertemu dengan seorang Jawa yang terpelajar, cobalah ajak dia bicara tentang keris, wayang, puji-pujian ketinggian gamelan dan tarinya, kata Tuan L. selanjutnya, pujilah ketinggian filsafatnya, kebatinannya. Kalau dia menjadi antusias dan membenarkan puji-pujian Tuan, dia tidak akan mencapai sesuatu apa pun dengan keterpelajarannya. Pada akhirnya setiap kemenangan adalah kemenangan filsafat, pandangan dan sikap batin terhadap manusia, diri sendiri, masyarakat dan alamnya. Jawa terus menerus kalah. Kalau dia termakan oleh puji-pujian itu sebenarnya dia tidak tahu apa-apa tentang apa yang terjadi di dunia selama ini. Orang itu akan kalah pada ujian yang pertama-tama. Kalau Tuan mempelajari sejarah Jawa, terlalu sedikit pemimpin-pemimpin itu yang mati di medan perang karena membela pendirian filsafatnya. Semua goyah, menyerah pada Belanda, dan dengan demikian juga mengakui keunggulan Eropa, filsafat Eropa, bukan hanya ilmu dan pengetahuan."
-- Jacques Pangemanann, halaman 550
"Sejak jaman nabi sampai kini, tak ada manusia yang bisa terbebas dari kekuasaan sesamanya, kecuali mereka yang tersisihkan karena gila. Bahkan pertama-tama mereka yang membuang diri, seorang diri ditengah-tengah hutan atau samudra masih membawa padanya sisa-sisa kekuasaan sesamanya. Dan selama ada yang diperintah dan memerintah, dikuasai dan menguasai, orang berpolitik. Selama orang berada ditengah-tengah masyarakatnya, betapapun kecil masyarakat itu, dia berorganisasi."
-- Minke, halaman 563
House of Glass
Sampul Depan Novel Rumah Kaca versi Bahasa Inggris
"Kita harus menerima kenyataan, tapi menerima kenyataan saja adalah pekerjaan manusia yang tak mampu lagi berkembang, karena manusia juga bisa membikin kenyataan-kenyataan baru. Kalau tak ada orang mau membikin kenyataan-kenyataan baru, maka kemajuan sebagai kata dan makna sepatutnya dihapuskan dari kamus umat manusia."
-- Minke, halaman 585
"Bagaimana pun masih baik dan masih beruntung pemimpin yang dilupakan oleh pengikut daripada seorang penipu yang jadi pemimpin yang berhasil mendapat banyak pengikut."
-- Jacques Pangemanann, halaman 594
"Pada akhirnya persoalan hidup adalah persoalan menunda mati, biarpun orang-orang yang bijaksana lebih suka mati sekali daripada berkali-kali."
-- Jacques Pangemanann, halaman 595
"Betapa bedanya bangsa-bangsa Hindia ini dari bangsa Eropa, terutama Perancis. Di Perancis setiap orang yang memberikan sesuatu yang baru pada umat manusia dengan sendirinya mendapat tempat yang selayaknya di dunia dan di dalam sejarahnya. Di Hindia, pada bangsa-bangsa Hindia, nampaknya setiap orang takut tak mendapat tempat dan berebutan untuk menguasainya."
-- Jacques Pangemanann, halaman 602
"Gairah kerja adalah pertanda daya hidup. Selama orang masih suka bekerja, dia masih suka hidup; dan selama orang tidak suka bekerja sebenarnya ia sedang berjabatan tangan dengan maut."
-- Jacques Pangemanann, halaman 617
***
End.
Untuk yang membutuhkan versi word dan pdf, silahkan kontak kami ya :)